Posted in RANDOM

saya mengampunimu, sejak dahulu. tapi saya lupa untuk mengampuni diri saya sendiri

beberapa hari ini sepertinya pikiran dan perasaan saya sedang berkabut. sebenarnya bukan karena hal yang begitu mengganggu, tapi lebih pada seperti tiba-tiba tersadar bahwa ‘ternyata selama ini saya belum benar-benar berdamai dengan sesuatu di masa lalu’.

masa lalu memang membentuk manusia pada masa kini. apapun yang terjadi, kita harus menerima manusia lengkap dengan masa lalunya. seberapa pun kelamnya masa lalu yang ia miliki.

tapi ternyata, saya malah belum menerima masa lalu saya sendiri.

padahal bukan hal yang besar juga untuk tidak segera berdamai dengannya. bukan suatu permasalahan yang cukup pelik. karena selama ini saya merasa sudah cukup meninggalkan apa yang pernah terjadi, dan apa yang pernah saya rasakan.
bisa dikatakan, saya tak lagi memikirkan hal itu. sudah tidak lagi peduli dengan apapun yang terjadi dengannya. tapi ternyata jauh di dalam alam bawah sadar saya, apa yang terjadi di masa lalu membuat pola berpikir saya sedikit berubah.

saya seperti terperangkap pada traumatik yang tidak saya sadari.
meskipun sadar, namun saya tidak mengerti bahwa nantinya hal tersebut dapat menyulitkan saya di masa depan.
saya mulai takut untuk memulai dari nol, dengan pribadi baru, dengan situasi yang baru, dengan perasaan yang baru. mulai takut untuk merasakan kegagalan yang sama. mulai takut untuk mempunyai ekspektasi yang lebih terhadap hal-hal tertentu.
setiap hal baik yang terjadi pada diri saya, saya anggap sebagai hadiah atas proses yang telah saya lakukan, sebagai pencapaian atas hasil dan usaha yang telah ditetapkan jauh-jauh sebelumnya.  pada akhirnya saya selalu memperlakukan setiap hal sama rata. sama baik. semuanya rata diperlakukan dengan baik.

sehingga perlahan tapi pasti, setiap orang yang mempunyai ekspektasi lebih terhadap saya, perlahan mundur karena saya tidak berbalik memiliki ekspektasi yang sama. semua karena saya memperlakukan setiap orang dengan kebaikan yang sama.

saat ini, saya sedang belajar lagi untuk mempunyai ekspektasi lebih terhadap orang lain. belajar untuk berani merasakan segala rasa yang dulu perah saya takuti untuk dikecap lagi.

untuk bisa menerima seseorang di masa depan, terlebih dahulu saya harus berdamai dengan apa yang pernah terjadi di masa lampau.
saya mengampunimu, sejak dahulu. tapi saya lupa untuk mengampuni diri saya sendiri.

Author:

I’m author of “Senja di Ujung Lensa” dalam Antologi Cerpen dan Foto 'Menyebrang Pada Sebuah Jendela'. diterbitkan oleh @indiebookcorner. Antologi cerpen kedua saya berjudul 'Cinta Terpendam', karya saya yang dimuat di sana berjudul “Hujan di Antara Kita“, diterbitkan oleh @mozaikindie. Cari SHARONCITARA dan SETELAHTITIK di sejumlah sosial media untuk dapat terus berkomunikasi dengan saya. may GOD bless you and be the light! happy reading, Sharoncitara.

Leave a comment